Mau hidung pesek, mau pipi tembem, mau kulit gelap, mau mata sipit, mau rambut keriting, mau jidat jenong, mau pinggang lebar, mau badan pendek, Tuhan sudah menghadiahi kita seseorang yang tidak mempermasalahkan itu semua. Setidaknya harus ada satu orang, dan orang itu tidak lain adalah diri kita. Selama itu bukan sesuatu yang harus kita ubah, karena kita memang tidak memiliki hak untuk mengubahnya, pilihan yang kita punya adalah mensyukuri semuanya. Jika kita memiliki sedikit rasa syukur lebih banyak dari itu, maka kita memiliki pilihan lain, yaitu tidak menilai seseorang hanya sebatas fisiknya saja. Bukan hal yang mudah memang, karena saya pun masih terus mempelajarinya. Tapi bagaimana jika kita mulai dengan tidak menjadikan fisik seseorang sebagai bahan bercandaan, terlebih bahan ejekan. Apakah kita pernah berpikir bagaimana perasaan seseorang yang kita olok-olok fisiknya? Mungkin bagi kita tak lebih dari sekadar canda. Toh ada tawa setelahnya. Tapi bagaimana jika perasaan mereka tidak menerimanya?
Dan yang jauh lebih penting adalah bagaimana jika Tuhan yang memberikan itu semua jauh lebih tidak terima?